PENDIDIKAN

KONSELING KOMUNITAS

22222

  1. Pengertian Kerumunan

Ukuran utama kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Paling tidak batas kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telinga mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera mati setelah orang-orang bubar. Jadi, kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer). Kerumunan jelas tidak teroganisasi. Ia dapat mempunyai pimpinan tetapi tidak mempunyai sistem pembagian kerja maupun sistem pelapisan sosial. Untuk membubarkan suatu kerumunan, diperlukan usaha-usaha mengalihkan pusat perhatian. (Soejono soekanto,2012:128)

Suatu kerumunan terbentuk apabila sejumlah orang yang satu dengan yang lainnya tidak mempunyai ikatan hubungan berkumpul, walaupun mereka berada pada suatu tempat yang sama. Sebuah kerumunan dapat berubah menjadi sebuah kelompok apabila terjadi hal-hal tertentu didalam kerumunan tersebut. Dalam analisis kerumunan ditemukan hal-hal yang menarik, baik ditinjau dari sudut perilaku individual maupun tingkah laku atau gerak massa yang merupakan suatu fenomena yang saling berkaitan. Dimana semua terminologi tersebut menunjukan pengertian yang secara nisbi dapat dianggap sama, yaitu tentang suatu kelompok manusia yang berkumpul pada ruang dan waktu yang sama, tumbuh dan mengarahkan tingkah laku secara spontan.(Hartinah, 2009:15)

Dalam buku Sosiologi (2012:130) secara garis besar kerumunan dapat dibedakan menjadi dua yakni kerumunan yang berguna bagi organisasi sosial masyarakat, serta timbul dengan sendirinya tanpa diduga sebelumnya dan kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan pribadi. Atas dasar perbedaan tersebut dapat ditarik suatu garis perihal bentuk – bentuk umum kerumunan yaitu sebagai berikut :

  1. Kerumunan yang berartikulasikan dengan struktur sosial

1)     FormalAudiences


Khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audiences) merupakan kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya pasif.

2)     Planned Expressive Group

Kelompok ekspresif yang telah direncanakan adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tak begitu penting, tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya.

  1. Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowds)

1)     Inconvenient Aggregations

Kerumunan yang kurang menyenangkan karena dalam kerumunan itu hadir orang lain yang menjadi halangan tercapainya maksud seseorang.

2)     Panic crowds

Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik , yaitu orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya.

3)     Spectator Crowds

Kerumunan penonton terjadi karena ingin melihat suatu kejadian tertentu.

  1. Kerumunan yang berlawanan dengan norma – norma hukum

1)     Acting Mobs

Kerumunan yang bertindak emosional, bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

2)     Immoral crowds

Kerumunan yang bersifat immoral hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah kerumunan yang bersifat immoral bertentangan dengan norma-norma masyarakat.

Dari pengertian kerumunan diatas yang diambil dari beberapa buku dapat kita ambil kesimpulan bahwa kerumunan adalah individu-individu yang berkumpul secara kebetulan disuatu tempat pada waktu yang bersamaan dan bersifat sementara


  1. Pengertian kelompok

Para ahli tidak memiliki pengertian atau definisi kelompok secara spesifik . dikarenakan masing-masing mempunyai sudut pandang yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. keadaan demikian merupakan keadaan yang biasa dalam ilmu noneksak.(Walgito,2010:28) Namun kita dapat memandang definisi kelompok dari beberapa macam sudut pandang diantaranya :

  1. Segi persepsi

–          Smith, bahwa kelompok sosial adalah satu unit yang terdiri atas sejumlah orang yang memiliki persepsi kolektif mengenai kesatuan mereka dan yang memiliki kemampuan untuk bertindak dalam cara yang sama terhadap lingkungan mereka. (Hartinah, 2009 : 22)

–          Bales, kelompok adalah jumlah individu yang berinteraksi dengan sesamanya secara tatap muka atau serangkaian pertemuan, dimana masing-masing –masing anggota saling menerima impresi atau persepsi anggota lain dalam suatu waktu tertentu dan menimbulkan suatu pertanyaan yang kemudian membuat masing-masing anggota bereaksi sebagai reaksi individual. (Hartinah, 2009 : 22)

Pengertian kelompok dari segi persepsi berdasarkan asumsi bahwa anggota kelompok sadar dan mempunyai persepsi bersama akan hubungan mereka dengan anggota lainnya. Dalam hal ini smith menggunakan istilah sosial group sebagai suatu unit yang terdiri atas beberapa anggota yang mempunyai persepsi bersama tentang kesatuan mereka. (Walgito, 2010 : 6)

  1. Segi motivasi

–          Cattel , mengatakan bahwa kelompok adalah kumpulan individu yang dalam hubungannya dapat memuaskan kebutuhan satu dengan yang lainnya. (Hartinah, 2009 :23)

–          Bass, we define group as a collection of individuals whose existance as a collection is rewarding to the individuals.” Yang artinya “kita mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan individu yang keberadaan sebagai koleksi yang menguntungkan kepada individu” dalam hal ini Bass menggunakan istilah group bukan sosial group. (Walgito, 2010 :7)

Dari pengertian diatas dapat diambil satu kesimpulan bahwa individu yang bergabung dalam suatu kelompok mempunyai keyakinan bahwa kebutuhan yang muncul pada dirinya akan terpenuhi, ini sejalan dengan definisi Bass yang menitik beratkan adanya rewarding dari kelompok terhadap individu yang ada dalam kelompok.

  1. Segi tujuan

Pengertian kelompok hampir sama dengan pengertian dari segi motivasi. Mills menyatakan bahwa “ just what are these small groups we are referring to? To put it simply, they are units composed of two or more persons who come into contact meaningful.” Yang artinya hanya apa yang kelompok-kelompok kecil kita mengacu kepada? Untuk membuatnya lebih sederhana, mereka adalah unit yang terdiri dari dua atau lebih orang yang datang kedalam kontak bermakna”, Dari apa yang dipaparkan oleh mills, kesimpulannya menitik beratkan dalam pengertian kelompok dilihat dari adanya purpose atau tujuan dan memandang kontak dalam kelompok adalah meaningful. Dalam hal ini mills menggunakan istilah the small group, bukan social group atau hanya group. (Walgito, 2010 :7)

  1. Segi interdependensi

ü  Lewin, mengatakan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah kelompok sebagai kelompok yang dinamik yaitu menunjukan saling ketergantungan antara tiap-tiap anggota yang direalisasikan dalam persamaan tujuan. (Hartinah, 2009 : 24)

ü  Fiedler, mengatakan bahwa kelompok adalah serangkaian individu yang mempunyai persamaan yang saling berdekatan dan terlibat dalam suatu tugas bersama. Oleh karena itu anggota kelompok merasa saling tergantung dalam mencapai suatu tujuan bersama. (Hartinah, 2009 :24)

ü  Catwright dan Zender, mengatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan individu yang melakukan hubungan dengan orang lain yang menunjukan saling ketergantungan pada tingkatan yang berarti. (Hartinah, 2009 :24)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi kelompok yang dilihat dari segi interpedensi adalah kumpulan manusia yang saling bergantung satu dengan yang lain. Dalam kaitannya dengan pengertian kelompok kita dapat melihat adanya interaksi, pengaruh serta tujuan yang sama. (Walgito, 2010 :8)

  1. Segi Organisasi

Mc David dan Harari mengatakan bahwa kelompok adalah suatu sistem yang diorganisasikan pada dua orang atau lebih yang dihubungan satu dengan yang lainnya dimana sistem tersebut menunjukan fungsi yang sama, memiliki sekumpulan standar (patokan) peran dalam berhubungan antar anggotanya, dan memiliki sekumpulan norma yang mengatur fungsi kelompok dan setiap anggotanya. (Hartinah, 2009 : 23)

  1. Segi interaksi

ü  Homans, mnyebutkan “ we mean by group a number of person who communicate with one another often over a span of time, and who are few enough so that each person is able to communicate with all the others, not at secondhand , trough other people, but face to face” yang artinya sejumlah orang yang berkomunikasi dengan satu sama lain selama rentang waktu yang intens sehingga setiap orang mampu berkomunikasi dengan yang lainnya secara bertatap muka.

ü  Bonner, mengemukakan kelompok adalah sejumlah orang yang berinteraksi dengan sesama yang lainnya dan interaksi tersebut (proses interaksi) membedakan bentuk kelompok – kelompok bersama dengan kelompok yang lainnya.

Berdasarkan pengertian tersebut , dapat dikatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri atas dua orang atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan yang saling mempengaruhi pada setiap anggotanya. Kosen menambahkan adanya unsur saling tatap muka sebagai kriteria bagi sebuah kelompok. Kata kuncinya adalah memiliki hubungan tertentu yang bermakna bagi mereka . (Hartinah, 2009: 24)

Dalam Al-quran Allah banyak membahas tentang kelompok diantaranya :

  • Q.S Al-Baqarah ayat 59 yang berbunyi :

59. lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, karena mereka berbuat fasik.

Q.S Al-Imran ayat 105 yang berbunyi :

Ÿ105. dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.

QS. An-Naml ayat 83 yang berbunyi :

83. dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok).

QS. An-nissa Ayat 71 yang berbunyi :

71. Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama!

Dalam sebuah hadist pun Rasulullah SAW bersabda “Umatku akan terpecah kepada 73 golongan dan hanya satu yang selamat” (HR.At-tirmidzi).

  1. Pengertian komunitas

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. (Wenger, 2002: 4)

Dalam bukunya sosiologi komunitas dapat terbagi menjadi 2 komponen diantaranya :

  1. Berdasarkan Lokasi atau Tempat Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis.
  2. Berdasarkan Minat, Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan kelainan seksual.

Dalam Al-quran Allah berfirman dalam QS.Ar-Ruum ayat 22 yang berbunyi :

ô`ÏBur¾ÏmÏG»tƒ#uäß,ù=yzÏNºuq»yJ¡¡9$#ÇÚö‘F{$#urß#»n=ÏG÷z$#uröNà6ÏGoYÅ¡ø9r&ö/ä3ÏRºuqø9r&ur4¨bÎ)’Îûy7Ï9ºsŒ;M»tƒUytûüÏJÎ=»yèù=Ïj9ÇËËÈ

22. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.

Dari ayat ini Allah SWT menciptakan makhluknya dengan beragam sehigga muncullah sebuah komunitas.

Sedangkan Konseling komunitas adalah proses atau kegiatan dalam memanfaatkan potensi yang ada pada masyarakat atau komunitas itu. Dengan tujuan untuk membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah yang berkembang dalam masyarakat itu sendiri. (Warsito182’s Blog, Konseling Komunitas:2010)

  • Beberapa Asumsi dasar yang melatar belakangi munculnya konseling komunitas yang dikutip dari Warsito182’sBlog:2010 adalah:
  • Isu-isu yang di bahas dalam komunitas konseling
  • Model-model konseling komunitas yang di pelopori oleh Aunt Martha’s
  • Klien dan lingkungan (apakah ada efek negatif atau efek positif)
  • Pendekatan multifaset, maksudnya konseling komunitas menggunakan lebih dari satu pendekatan agar dapat berjalan dengan baik
  • Pencegahan, disini pencegahan sangat di perlukan. Contohnya saja di berikan penyuluhan kepada masyarakat.
  • Konseling komunitas bisa di gunakan dalam berbagai setting yang ada dalam masyarakat atau komunitas tertentu. Intinya komunitas konseling ini cocok dengan apa yang ada dalam masyarakat.
  • Individu di Masyarakat
  • Inovasi dan risiko
  • Aksi dan perubahan
  • Prioritas yang baru
  • Layanan langsung masyarakat. Masyarakat program pendidikan yang memberikan pengalaman langsung, tersedia untuk populasi secara keseluruhan.
  • pelayanan masyarakat tidak langsung. Masyarakat mengorganisir upaya yang mencoba untuk membuat seluruh masyarakat lebih responsif terhadap kebutuhan anggotanya.
  • layanan klien langsung. Klien konseling program yang memberikan pengalaman khusus kepada individu atau kelompok yang membutuhkan bantuan.
  • layanan klien langsung. Klien advokasi program yang campur tangan secara aktif dalam lingkungan yang individu-individu tertentu atau kelompok, yang memungkinkan kebutuhan khusus mereka yang harus dipenuhi
  • Walk-in Pusat Konseling
  • Perawatan Alternatif Tempat Tinggal
  • Remaja Klinik Kesehatan
  • Outreach Proyek
  • Services Group Khusus
  • Obat Program Tanggap Darurat
  1. Faktor – faktor Pengikat Kelompok

            Dalam buku Konsep Dasar Bimbingan Kelompok (2009 :12) sebuah kelompok mempunyai faktor-faktor yang dapat mengikat seseorang dengan kelompoknya, diantaranya:

  1. Adanya pemimpin yang mempunyai tujuan yang realistis, sederhana dan memiliki nilai keuntungan bagi pribadi (high valuable). Lalu adanya tujuan yang muluk dan ide yang terlalu idealis kurang mendapat tempat bagi individu untuk berkelompok. Terkecuali bagi orgnisasi-organisasi tertentu yang membutuhkan hal tersebut.
  2. Masalah kepemimpinan dalam kelompok. Masalah kepemimpinan cukup berperan dalam menentukan kekuatan ikatan antar anggota kelompok.
  3. Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik dalam membina kesatuan dan persatuan.

Kondisi kepemimpinan yang dapat tersusunnya norma bersama. Dapat mengakibatkan seseorang meninggalkan kerumunanya. Sebuah kerumunan dapat berubah menjadi kelompok apabila dalam kerumunan tersebut muncul faktor-faktor berikut;

  1. Interaksi antara orang-orang di dalam kerumunan
  2. Tujuan yang sama di antara orang-orang di dalam kerumunan
  3. Kepemimipan yang dipatuhi oleh orang-orang di dalam kerumunan
  4. Ikatan emosional seabgai rasa kebersamaan pada orang-orang di dalam kerumunan
  5. Norma yang diakui dan dianut oleh semua orang di dalam kerumunan.

Ataupun sebaliknya, sebuah kelompok dapat berubah menjadi kerumunan, yang disebabkan oleh surutnya kepemimpinan dalam kelompok, serta hilangnya beberapa atau salahsatu dari kelima faktor pengikat kelompok yang telah dikemukakan di atas, seperti demikian itulah kelompok kurang kompak.

Adapun kelompok yang disebut dengan kelompok semu atau kelompok yang menagambang. Seperti layaknya para penonton sepak bola yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu menonton pertandigan bola, namun terselip tujuan-tujuan lain.

Sehingga nampak jelas bahwa kelompok adalah suatu keadaan ilmiah yang akan dijumpai manusia dimanapun ia berada. Dari kelompok, manusia belajar tentang hidup bermasyarakat, mempelajari tentang nilai-nilai dan norma, serta diarahkan untuk dapat memainkan peranan, baik sebagai seorang pemimpin maupun sebagai anggota masyarakat. (Hartinah, 2009:20)

  1. Pembentukan Kelompok Homogen dan Heterogen

Suatu kelompok disebut homogen apabila sifat dan kualitas anggota-anggotanya adalah sama. Sebaliknya, suatu kelompok yang disebut heterogen adalah apabila sifat dan kualitas anggotanya berbeda. Bertolak dari suatu asumsi bahwa sesuatu pada hakekatnya merupakan suatu unikum, sebetulnya, tidak mungkin terbentuk kelompok homogen pada suatu kelompok tanpa dipahami sebagai adanya sebuah atau beberapa kesamaan dalam sifat dan mutu tertentu di antara anggota-anggota kelompok tersebut. Sebuah regu barisan kehormatan.Dalam rangka mencapai suatu tujuan bersama, pembentukan kelompok homogen maupun heterogen tetap fungsional. Tentu saja diperlukan perlakuan-perlakuan tertentu untuk mengajak dua macam kelompok tersebut mencapai tujuan bersamanya. Para anggota kelompok heterogen diharapkan mengesampingkan kepentingan pribadinya demi mencapai tujuan bersama, tetapi diharapkan partisipasi dari masing-masing anggota dalam upaya mencapai tujuan bersama terletak pada adanya variasi kemampuan sehingga apabila satu tindakan belum mencapai sasaran, masih terdapat tindakan lain yang mungkin membuahkan hasil. Sedangkan, daya kelompok homogen dalam upaya mencapai tujuan bersama terletak pada kesamaan yang mungkin akan menyebabkan terbentuknya kekompakan kelompok dengan semangat tinggi untuk mencapai tujuan bersamanya. (Hartinah, 2009 :27)

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam upaya membentuk kelompok dapat dikembalikan kepada persoalan cara merubah kerumunan menjadi kelompok. Oleh karena itu, persoalan utamanya adalah mengikat kerumunan tersebut dengan lima faktor pengikat kelompok, yaitu interaksi, tujuan bersama, kepemimpinan, ikatan emosional, dan norma bersama.

Masalah yang lebih operasional mungkin dapat berupa:

  1. Kapan lima faktor pengikat kelompok tersebut berfungsi?
  2. Bagaimana cara agar lima faktor pengikat kelompok tersebut berfungsi?

Pertanyaan pertama dapat dijawab apabila pada suatu saat terdapat tujuan-tujuan tertentu yang pencapaiannya menjadi kepentingan individu-individu dalam kerumunan. Berdasarkan sudut pandangan pendidikan, seringkali tujuan-tujuan tersebut tidak disadari oleh individu-individu di dalam kerumunan. Oleh karen itu, sangatlah penting memahami peranan pendidikan yang mempunyai prakarsa membentuk kelompok karena menghayati kepentingan anak didiknya dan dapat memperkirakan bahwa pendapat dan tujuan-tujuan tersebut secara kelompok akan lebih efektif dan efisien.

Pertanyaan kedua dapat dijawab dengan mengadakan langkah-langkah pembentukan kelompok seperti: timbulkan hubungan antara individu (perkenalan, percakapan), tanamkan tujuan bersama dengan menonjolkan pentingnya pencapaian tujuan tersebut, ikat di luar kelompok, rumuskan kesepakatan untuk membentuk norma kelompok, dan akhirnya arahkan mereka untuk memilih sendiri seorang pemimpin kelompok.

Dengan telah terbentuknya kelompok, pemimpin kelompok hendaknya tidak terlalu banyak melibatkan diri dalam kegiatan kelompok. Ia adalah orang yang berada di luar kelompok, tetapi dekat dengan kelompok sebagai narasumber, pengamat, dan pengarah kelompok. Sangatlah beruntung jika pemimpin kelompok segera melaksanakan tugas tersebut. jika tidak, pimpinan kelompok harus dirangsang untuk segera bertindak. (Hartinah, 2009:30)

  1. Organisasi di dalam kelompok

            Suatu badan atau organisasi adalah wadah kegiatan anggota-anggota kelompok dalam upaya mencapai tujuan bersama. Agar upaya mencapai tujuan tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien, perlu disusun mekanisme kerja yang disepakati oleh kelompok. Berdasarkan mekanisme kerja kelompok itulah, disusun pembagian tugas di antara anggota kelompok. Setiap anggota kelompok yang memikul tugas tertentu akhirnya menjadi agen dari kelompok tersebut.Organisasi di dalam kelompok dapat bersifat sederhana atau terperinci, tergantung pada sukar tidaknya cara-cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan kelompok. Akan tetapi, sering didapatkan organisasi di dalam kelompok yang menunjukkan gelaja-gejala tidak efisien. Hal tersebut dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor, tetapi kemungkinan faktor yang utama ialah:

  1. Terdapat struktur organisasi yang telah dipercaya dan orang cenderung untuk menggunakannya.
  2. Terdapat anggota-anggota kelompok yang ambisius atau pemimpin kelompok yang kikuk sehingga fungsi pimpinan tersebar ke setiap anggota kelompok.
  3. Terdapat kekaburan tentang tujuan yang akan dicapai dan cara-cara untuk mencapainya sehingga pembagian tugas didalam kelompok tidak relavan dengan tujuan yang akan dicapai.
  4. Terdapat pimpinan kelompok secara sadar ingin menguasai kelompok sehingga organisasi yang telah tersusun tidak berfungsi secara partisipasi.
  5. Terdapat anggota kelompok yang pasif sehingga sebagai organ kelompok dia mengurangi, menghambat, atau mengganggu kegiatan kelompok.

Perlu diingat kembali, organisasi kelompok yang fungsional ialah organisasi yang relavan dengan tujuan kelompok yang ingin dicapai. Hal tersebut berarti partisipasi setiap anggota kelompok memang merupakan penunjang bagi tercapainya tujuan kelompok tersebut. Pembagian tugas kelompok yang secara fisik terwujud sebagai struktur organisasi hanya dapat tersusun baik apabila ada kejelasan dan kesepakatan tentang cara-cara yang akan digunakan kelompok untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, tujuan kelompok harus jelas dan dipahami oleh anggota semua kelompok.   (Hartinah,2009 :28)

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer). secara garis besar kerumunan dapat dibedakan menjadi dua yakni kerumunan yang berguna bagi organisasi sosial masyarakat, serta timbul dengan sendirinya tanpa diduga sebelumnya dan kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan pribadi. Sedangkan kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri atas dua orang atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan yang saling mempengaruhi pada setiap anggotanya. Begitupun dengan Komunitas merupakan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Faktor –faktor pengikat kelompok diantaranya Adanya pemimpin yang mempunyai tujuan yang realistis, sederhana dan memiliki nilai keuntungan bagi pribadi (high valuable), Masalah kepemimpinan dalam kelompok dan Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik dalam membina kesatuan dan persatuan. Dan Suatu kelompok disebut homogen apabila sifat dan kualitas anggota-anggotanya adalah sama. Sebaliknya, suatu kelompok yang disebut heterogen adalah apabila sifat dan kualitas anggotanya berbeda. organisasi kelompok yang fungsional ialah organisasi yang relavan dengan tujuan kelompok yang ingin dicapai


DAFTAR PUSTAKA

 

Al-qurannul Qarim

Afifudin, 2010. Bimbingan dan Konseling. PUSTAKA SETIA. Bandung

Gerungan, 1966. Psikologi Sosial. PT Eresco. Bandung.

Hartinah, 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Refika Aditama. Bandung

Latipun, 2001. Psikologi konseling. UMM Press. Malang

Mashudi, 2012. Psikologi Konseling. IRCiSoD. Jogjakarta

Soekanto, 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta

Walgito, 2010. Psikologi Kelompok. CV. ANDI OFFSET. Jogjakarta

Walgito, 2003. Psikologi Sosial : Suatu Pengantar. CV. ANDI OFFSET. Jogjakarta

Warsito182’s Blog. 2010 diunduh pada hari Jum’at tanggal 18 Oktober 2013 pukul 20.21 WIB

WikipediaIndonesia. Konseling Komunitas diunduh pada hari Jum’at tanggal 18 Oktober 2013 pukul 20.34 WIB

Tinggalkan komentar